Chapter 688 - Mengambil Persik Suci (1/2)

Persik yang di bawah berbeda dengan persik yang di atas. Persik yang di bawah hampir seluruhnya hijau dan pucat dan hanya sedikit kemerahan. Tampaknya butuh sedikit waktu sampai dia matang.

Pasukan ular mulai tidak tenang dan terganggu. Dalam ketidak sabaran mereka, mereka mulai mendekati pohon persik, dengan sangat lambat. Ular merah muda naik di atas kepala ular boa raksasa, yang terbang melingkar dengan tidak sabar. Dia seakan ingin meluncur ke persik yang paling atas, yang tampak hampir matang. Tetapi ia tidak melakukannya; dia tampak menahan diri karena rasa takutnya.

Monster biru, yang beristirahat di ranting pohon, melompat turun. Dia berjalan maju dan menatap bagian atas pohon, tempat persik itu menggantung. Matanya bersinar biru, tetapi, bahkan makhluk ini juga tidak berani mendekati pohon itu sepenuhnya.

Si bangau terbang dari ranting tempatnya bertengger dan berputar di udara di atas pohon. Dia menghampiri tidak terlalu dekat dengan persik itu, meskipun hasratnya sangatlah jelas.

Beruang hitam besar berdiri dengan kaki belakangnya, memandangi persik itu seperti yang lain. Dia tidak maju satu langkah pun.

Han Sen mengamati bagaimana semua makhluk semakin tidak sabaran. Mereka sangat menginginkan persik itu, tetapi ketakutan yang menghalangi mereka untuk melangkah maju. Han Sen dikejutkan oleh pemandangan tersebut, dan itu membuatnya semakin penasaran dengan serangga itu. Dari mana mereka berasal, sampai memiliki kekuatan yang menakuti para makhluk super?

Setelah beberapa lama, keajaiban wangi buah itu mencapai puncaknya, dan kabut merah yang dikeluarkan persik itu menyelimuti buah itu dan mulai menyerupai cahaya suci.

Persik itu menjadi transparan, dan Han Sen bisa melihat betapa ranum isi buah itu. Godaan untuk menancapkan giginya pada buah itu sangat besar, terlepas dari kemungkinan akan kematian yang menyusulnya.

Siang itu, persik tersebut mulai bersinar. Sebuah simbol, yang terbentuk oleh cahaya, muncul pada permukaannya. Saat itulah, para serangga menggila dan menyelimuti pohon bagaikan ombak laut. Bagaikan bayangan, mereka naik ke arah persik itu. Mereka seperti awan kelam yang mencair.

Jika dilihat lebih dekat, dia bisa melihat segerombolan serangga merayap yang saling mendorong dan menghimpit dengan cepat menuju persik itu.

Meskipun mereka melihat persik itu jatuh di tangan para serangga, para makhluk super masih ragu-ragu. Han Sen menggertakkan giginya, mengeluarkan sayap dan jarum rex miliknya, dan bergegas menuju persik itu.

Gerakan Han Sen bagaikan efek kartu domino. Ular merah muda berteriak dan melompat ke arah persik itu, bersama-sama dengan pasukan ular lainnya.

Monster biru meraung, menggerakkan empat kakinya, dan berlari menuju persik itu.

Bangau itu bagaikan panah, turun dari langit, menuju persik itu.

Beruang hitam dan anaknya meraung ke angkasa dan melompat ke arah pohon.

Rasa takut pada serangga itu masih ada, tetapi mereka tidak rela untuk melepaskan persik itu dengan mudah.

Para serangga menyadari Han Sen dan para makhluk super datang menghampiri mereka, jadi mereka mengepakkan sayap mereka dan terbang seperti asap hitam. Mereka keluar dari kayu bagaikan awan kelam, siap untuk bertarung dengan para makhluk.

Han Sen mengayunkan Jarum Rex Berapi miliknya, dan api membakar kawanan serangga jahat itu, yang jatuh menghujani tanah bagaikan hujan api. Mereka tidak mati, tetapi mereka tidak bisa terbang lagi. Namun, ada lebih banyak lagi serangga selain yang baru saja diserang, dan banyak yang terbang ke arah jarum rex milik Han Sen.

Serangga itu terlalu kecil, dan senjata seperti jarum rex tidak menghalangi mereka dengan mudah.