Chapter 416 - Harta Karun (1/2)

Han Sen melirik gadis yang ada di dalam dekapannya yang masih pingsan. Pakaiannya sedikit lusuh, sementara dia tidak terluka sama sekali, dan hanya mendapatkan beberapa tanda kemerahan.

Han Sen mengerutkan dahi dan memeriksa badak putih di bawah penjagaan malaikat suci dan raja cacing batu emas. Sepertinya Han Sen tidak perlu melakukan apa-apa.

Sambil memegang si gadis dengan satu tangan dan sari kehidupan jin iblis di tangan satunya, Han Sen berlari ke dalam tenda yang sudah rusak karena longsoran batu. Dia menemukan selimut di dalam tenda, mengambilnya, dan menyelimuti gadis itu. Dia lalu berlari menuju sari kehidupan yang tertutup oleh sepotong kain.

Saat potongan kain itu diangkat, Han Sen terpana oleh penampakan yang luar biasa. Tiga kristal ditempatkan bersamaan. Satu yang berwarna kuning dan dua lainnya berwarna biru. Yang kuning adalah yang paling besar, ukurannya kira-kira sebesar bongkahan batu. Salah satu yang berwarna biru ukurannya sebesar drum, dan warna biru lainnya seukuran bola basket.

”Harta karun… Benar-benar harta karun...” Han Sen hampir terlonjak, tidak mempercayai matanya sendiri.

Han Sen membungkuk dan menjilat kristal kuning, mencoba memastikan jika itu adalah sari kehidupan. Saat cairan kuning tertelan oleh Han Sen, dia tiba-tiba mendengar suara.

”Sari kehidupan makhluk super monster naga tanah dikonsumsi...”

Han Sen sangat gembira. Dia akhirnya merasa lega karena semua itu benar-benar sari kehidupan.

”Milikku, semuanya milikku.” Han Sen memanggil Meowth dalam bentuk transformasinya, mengalungkan tas di lehernya dan mulai mengisinya dengan sari kehidupan.

Ukuran singa emas terlalu besar, jadi tidak praktis untuk keluar dari gua. Han Sen terpaksa menaruh beban itu pada Meowth.

Tiga kristal sari kehidupan, sebagai tambahan dari jin iblis dan badak putih yang akan dibunuh. Dia hampir yakin kalau dia mampu memperoleh lima kristal sari kehidupan sekaligus.

Lima kristal ini mungkin akan membuatnya melampaui poin geno supernya. Ini bagaikan pucuk dicinta, ulam pun tiba bagi Han Sen.

”La di da… la di da… Aku suka pindahan...” Han Sen berhenti saat dia tiba-tiba merasa ada yang salah saat memindahkan kristal ke dalam tas.

Han Sen membalikkan badan dan tercengang seketika. Gadis itu sudah bangkit duduk. Dia memiringkan kepalanya dan menatap Han Sen dengan mengejapkan matanya.

Han Sen terlalu senang sampai melupakan gadis itu. Melihatnya telah sadar, Han Sen segera ingat kalau dia mungkin saja bangsawan Shura dan kemudian bersimbah keringat dingin.

”Halo!” Han Sen memaksa tersenyum dan mengucapkan salam pada gadis itu sambil berpikir, 'Harusnya aku tidak sesial itu...Dia juga tidak terlihat seperti bangsawan Shura.'

Gadis itu tidak merespon, masih menatap Han Sen dengan matanya yang besar seakan dia belum pernah melihat manusia sebelumnya.

Jantung Han Sen melesak. Han Sen penasaran apa yang dipikirkannya. Saat ini, Han Sen menggenggam kristal sari kehidupan biru di tangannya. Dia tidak yakin apakah dia harus menaruhnya di dalam tasnya atau menaruhnya di tempat asalnya.

Akan tetapi, Han Sen telah mengambil dua potongan lainnya. Sudah terlambat untuknya melakukan sesuatu. Siapa pun bisa bilang dia pencuri.

”Benda ini… Tidak ada gunanya untukmu… Jadi, aku akan membawanya pergi...” kata Han Sen pada gadis itu sambil menggenggam sari kehidupan biru tinggi-tinggi.