Chapter 159 - Vivian Anggara Putri (1/2)

Di Ruang Kelas Elit.

”Bagaimana mungkin siswa elite yang mewakili sekolah hanya 3 orang saja! Sedangkan siswa kelas biasa diwakili oleh hampir setengahnya? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa diantara kalian tidak ada yang terpilih?” pak Irhan membanting tangannya ke atas meja dengan keras. Ia tidak terima karena siswa yang menjadi perwakilan dari kelasnya hanya 3 orang saja.

”Kalian tau kan kalau kinerja seorang guru juga dilihat dari keberhasilan dia membawa muridnya mewakili sekolah dalam pertandingan apapun ditingkat nasional? tiap tahun kelas elite selalu mengarahkan semua siswanya namun kenapa tahun ini hanya 3 orang saja di antara kalian?” lanjutnya lagi dengan nada yang dingin namun menusuk.

”Kalian hanya mempermalukan ku saja. Bagaimana bisa kalian kalah dengan orang-orang seperti mereka?” ucapnya lagi sinis yang terdengar sangat menghina.

”Maaf pak, tapi sepertinya bapak terlalu meremehkan mereka!!!” Riyan tidak terima dengan cara pak Irhan membicarakan teman-temannya.

”Oh ya??? bukankah ini salah kalian? jika saja kalian tidak memberikan bimbingan bodoh itu, maka tentu saja nama mereka bahkan takkan berada di 50 besar peringkat sekolah! Mereka bahkan tidak akan bisa naik kelas. Tapi karena kecerobohan kalian akhirnya peringkat kelas kita selalu turun dan kalian membuatku malu!!!” pak Irhan semakin meradang mendengar perkataan Riyan yang membela siswa dari kelas Mia 2.

”Tidakkah bapak berpikir jika benar kemampuan mereka dibawah rata-rata atau seperti apa yang bapak maksudkan maka mereka tentu takkan bisa mengikuti dan menerima materi yang kami berikan?” Adith kemudian ikut berkomentar dengan santun untuk meredakan emosi pak Irhan.

”Mereka bisa mengikuti dan menerima semua materi yang kami berikan yang bahkan para siswa elite sedikit kesulitan dalam memahaminya. Itu artinya mereka benar-benar bekerja dengan sangat keras sehingga mereka mampu melewati serangkaian tes yang diberikan oleh sekolah!” tambah Zein mengingat bagaimana kerasnya perjuangan para siswa kelas Mia 2 untuk bisa mendapatkan peringkat besar disekolah dan lolos dengan nilai tinggi di setiap mata pelajarannya sehingga mereka bisa naik kelas.

”Itulah yang aku katakan mustahil. Mereka semua bukanlah para siswa dengan tingkat IQ yang tinggi namun bagaimana bisa mereka mendapatkan nilai yang tinggi? apakah mereka melakukan cara yang curang?” pak Irhan melipat kedua tangannya dengan sombong.

”Hati-hati pak, jika ada yang mendengar hal tersebut maka bukan hanya para siswa kelas Mia 2 yang mendapatkan penyelidikan tetapi bapak juga akan mendapatkan hal yang sama!” suara Adith terdengar berat dan memberikan peringatan.

”Apa kalian pikir saya takut??? baik, akan saya buktikan kalau mereka tidak layak untuk mewakili sekolah ini di pertandingan nanti dan kalian akan mendapatkan balasannya! Satu hal lagi, aku tidak suka akan kekalahan yang tidak bisa aku terima.” Ucap pak Irhan sebelum keluar dari kelasnya.

Pak Irhan merupakan wali kelas dari Mia 1 yang terkenal sangat ambisius dan sangat perfeksionis sehingga ketika mendapat saingan dari kelas sebelah ia merasakan kemarahan yang cukup tinggi. Baginya jika siswa yang ada dikelasnya mewakili sekolah lebih banyak ketimbang dari kelas Mia 2 tentu saja ia tidak masalah namun karena hanya 3 orang dari kelasnya ia menjadi tak terima.

Bukan hanya para siswa saja yang diberikan perlakuan khusus jika mendapatkan nilai sempurna dan mewakili sekolah ditingkat nasional, namun para guru juga mendapatkan penilaian dan perlakuan khusus jika siswa mereka berhasil meraih sesuatu yang membuat mereka bahkan akan diberikan bonus sebagai bentuk penghargaan dan kenaikan posisi serta gaji.

Hai tersebutlah yang mungkin membuat pak Irhan meradang karena bisa saja ia mendapatkan penurunan posisi serta gaji karena kalah dari wali kelas Mia 2.

*****

”Tetap ditempat kalian dan dengarkan pengumuman ibu. Ada hal penting yang harus ibu sampaikan!” Ibu Arni masuk dengan wajah serius yang membuat semua siswanya terduduk kembali.