Chapter 143 - Aura Membunuh (1/2)
”Karin aku... ” Belum sempat Adora menjelaskan kepada Karin orang itu sudah melesat dengan cepat kehadapan Alisya dan melakukan sesuatu kepadanya yang membuat Alisya bangun dan memuntahkan darah yang cukup banyak.
”Alisya... kenapa dia melakuan itu????” Rinto dan Yogi panik melihat Alisyah sudah memuntahkan darah sedangkan Adith hanya memegang tubuh Alisya dengan wajah yang kelam.
”Kau baik-baik saja???” ucapnya setelah melihat Alisya bisa bernafas dengan baik.
”Siapa dia kenapa dia memukul dada Alisya dengan kuat seperti itu?” Bentak Riyan tak kalah takut namun Karin menghalanginya untuk mendekati orang itu.
”Biarkan dia,, dia adalah ayah Alisya! Tak kusangka dia bisa datang secepat ini!” Karin yang meragukan kehadiran ayahnya tepat waktu membuatnya terkejut dengan kehadiran Ayah Alisya disana.
”Om...” Adith menatap ayah Alisya dengan mata nanar dan gelisah.
”Aku datang tepat setelah pengawal yang mengawasi Alisya menghubungiku akan masalah ini, Aku bisa datang tepat waktu dengan memakai landasan helikopter di gendung atap kepala sekolah!” Jelas Ayah Alisya menepuk pundak Adith. Karena Adith, Alisya mampu bertahan hidup dengan menekan Aliran darahnya.
”Apa??? jadi dia ayah Alisya???” Zein tak menyangka kalau Alisya adalah seorang anak dari menteri pertahanan negara. Sudah cukup baginya dikejutkan dengan Alisya yang seorang cucu dari Takahashi Yamada yang merupakan CEO elite perusahaan besar skala dunia sekarang ia dikejutkan dengan sebuah kebenaran baru mengenai Alisya. Karin hanya mengangguk dan langsung memeriksa denyut nadi Alisya dengan sangat teliti.
”Bagaimana kondisinya Om?” Wajah Adith lebih kelam dari yang sebelumnya saat ia terus melihat Alisya masih mengalirkan darah segar dari mulutnya.
”Untuk sekarang saya sudah membuka Aliran darahnya. Aliran darah yang menumpuk disekitar dadanya karena penghentian itu akan membuatnya memuntahkan darah sebagai reaksi bahwa penumpukkan darah itu yang kemudian berhasil dikeluarkan!!!” Jelas Ayah Alisya dengan tenang sambil terus menekan-nekan Area tubuh tertentu Alisya untuk memastikan kondisinya.
”Lalu kenapa sekarang nafasnya masih tetap pelan seperti yang sebelumnya??” Melihat hembusan nafas Alisya yang belum teratur membuat Adith tidak bisa menenangkan diri.
”Itu karena ketika saya telah membuka aliran darahnya maka seluruh pembuluh darah Alisya melebar untuk memberikan ruang bagi aliran itu mengisi daerah-daerah penghentian sehingga pada bagian luka tentu sekarang akan mengalirkan peredaran darahnya dan keluar. Kondisi ini membuat Alisya masih belum bisa mengembalikan pernafasannya tapi tenang saja secara perlahan dia akan dengan mudah mengaturnya dibanding sebelumnya!” Ayah Alisya segera mengendurkan Kancing bagian dada Alisya untuk memberikan ruang lebih agar Alisya bisa mengatur nafasnya.
”Bagaimana keadaanya???” Pak Hadi menerobos Riyan dan Zein yang kini membelakang untuk menghargai privasi Alisya.
”Bisakah kita mengangkatnya ketempat yang lebih baik??” tanya Karan yang datang bersamaan dengan ayahnya.
”Aku rasa tidak, lukanya akan semakin melebar jika kita harus memindahkannya. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, kita harus melakukannya disini!!!” Jelas Ayah Karin melihat kondisi Alisya yang tidak memungkinkan.