Chapter 136 - Impian (1/2)

Pertandingan antara Alisya dan Adith cukup sengit sehingga semua yang menontonpun ikut merasakan ketegangan yang sedang berada dilapangan, terlebih cara main mereka yang tidak seperti cara main pemain basket biasanya.

”Apa kita sedang menonton Adegan Action?” tanya seorang anak tak bisa melepas pandangannya dari lapangan.

”Mereka berdua hebat sekali, bagaimana mungkin mereka bisa bermain sekaligus beradu tinju serta tendangan seperti itu?” tambah yang lain tak ingin berkedip meski hanya sedetik demi bisa melihat secara jelas.

”Aku tak menyangka kak Adith juga bisa mengimbangi kak Ali” lanjut yang lainnya.

”Aku tau kak Ali sangat hebat dalam hal urusan berantem sewaktu ia menyelamatkan kita dari para preman yang menganggu kita disini itulah kenapa sekarang lapangan ini bisa kita gunakan dengan sangat nyaman. Tapi ternyata kak Adith juga tak kalah hebat yah!” Puji anak lainnya dengan penuh rasa kagum.

”Tapi kak Ali selalu bisa mencuri bola dari kak Adith dan terus menerus mencetak poin!” seru yang lain yang terus menghitung poin yang dimasukkan oleh Alisya.

Pada akhirnya Alisyalah yang memenangkan pertandingan dengan penbedaan yang sangat tipis. Adith sudah berkeringat cukup banyak dan sedikit mengeluarkan nafas berat sedangkan Alisya masih santai dan berlompat-lompat penuh kegirangan memenangkan semua pertarungan malam itu.

”Karena aku kalah, maka sebagai gantinya aku yang akan mentraktir kalian semua sebagai rasa terimakasih karena sudah mendukungku dengan penuh semangat dan juga permintaan maafku tak bisa mengalahkan tante jahat dibelakang sana!” mendengar ucapan Adith, Alisya dengan cepat melempar Adith dengan bola basket yang berada ditangannya namun dengan mudah dihindari oleh Adith.

”Beneran kak??? jadi kita nggak perlu traktir kak Ali dong??” tanya seorang bocah dengan sangat polos membuat Adith tertawa mendengarnya. Dia mengelus lembut rambut anak-anak itu. Baru kali ini Adith bisa berkomunikasi dengan banyak orang terutama dengan mereka yang lebih muda. Selama ini pekerjaan Adith selalu menuntutnya untuk berhubungan dengan orang yang lebih tua sehingga ia terkesan dingin kepada mereka yang lebih muda. Dan berkat Alisya, Adith bisa tertawa dan berekspresi lebih banyak bersama mereka.

”Tuan, ini pesanannya!!!” seorang kurir telah membawakan pesanan Adith, terlihat bahwa kuris itu sudah mengenal Adith dengan sangat baik.

”Wahahh... burger, pitza dan coca-cola” teriak beberapa anak memeriksa kantungan yang dibawa kurir itu.

Dibawah pengawasan Alisya, mereka mendapatkan burger dan cola sesuai jumlah mereka masing-masing serta menikmati pitza secara bersama-sama ditengah lapangan bola. Sebuah hal sederhana yang sangat di syukuri oleh Adith dan Alisya malam itu. Adith menatap Alisya dengan penuh kehangatan bersyukur karena sekali lagi mereka dipertemukan kembali.

”Aku nggak nyangka kamu bisa kenal dengan mereka!” tanya Adith dalam perjalanan pulang kembali.

”Awalnya sih aku hanya suka ngeliat mereka main basket, tapi ada sedikit kejadian yang akhirnya buat aku jadi dekat dengan mereka!” Alisya tertawa mengingat tingkah lucu, lugu, polos serta tidak karuan mereka.

”Bersama mereka aku serasa berada didunia yang berbeda!” Terang Adith juga tertawa pelan.

”hahahaha,, kamu bisa kok terus datang dan bermain bersama mereka saat kamu lagi bosan! mereka akan sangat senang jika bersamamu seperti tadi..” Alisya melirik sekilas melihat pahatan rahang Adith yang tersinari lampu sorot. Tampan dan mempesona, susah bagi Alisya untuk tidak tergelitik melihat merayapi tiap sudut wajahnya.

”Aku akan dengan senang hati datang!!! Dan... sesuai janjikuh....” Adith langsung mengangkat Alisya dan mendudukkannya di pagar pembatas jalan trotoar.