Chapter 122 - Tangkap Karin (1/2)
Adith segera keluar ruangan setelah memberi tanda kepada ayahnya. Mengetahui maksdu dari bunyi pesan dari pak Takahashi, ayah Adith langsung mengangguk pelan. Semua orang tidak menyadari kepergian Adith karena ayah Adith dengan cekatan mengambil Alih seluruh rapat dan membubarkannya.
”Adih, pak Takahashi,,,” paman Dimas langsung menghampiri Adith yang baru saja keluar dari ruang rapat Direksi.
”Aku tau paman, Alisya akan kembali ke Indonesia untuk itu dia menyuruhku untuk mengugunakan pesawat JAL (Japan Air Lines) yang memiliki waktu tempuh hanya 1 jam 40 menit untuk sampai ke sana secepatnya!” ucap Adith melonggarkan dasinya yang membuatnya serasa sesak dari tadi.
”Bukan hanya itu saja, pak Takahashi juga sudah membuat rencana untuk mencegat rencana kepulangan Alisya dan memberikan hadiah dengan mengatur liburan bersama sebagai hadiah atas keberhasilan semua dalam membantu Alisya menang darinya lalu!” tambah Paman Dimas mengikuti langkah Adith dengan sangat cepat untuk segera menuju ke bandara.
”Kalau begitu aku harus menghubungi teman-teman yang lainnya! Jam berapa sekarang?” tanya Adith dengan cepa saat akan memasuki mobilnya.
”Kurang 20 menit jam 12 siang! Dan hari ini adalah hari jum'at nak Adith!” ucap paman Dimas mengingatkan Adith dengan lembut.
”Aku hampir lupa!!! kita pulang dulu paman, aku harus meminta izin kepada mama sebelum pergi dan bergantian untuk sholat jum'at... Aku akan berangkat jam 1 siang” tegas Adith tersenyum hangat masuk kedalam mobil dan memasang sabuk pengamannya.
”Biarkan paman mengantarmu sampai ke bandara, kita bisa sholat berjama'ah dimesjid!” terang paman Dimas memacu mobilnya kencang.
”Terimakasih banyak paman!!! Maaf merepotkanmu...” Adith menunduk dalam memijit kepalanya yang terasa sakit karena mendapat banyak tekanan ditambah dengan pikirannya yang terus melayang kepada Alisya.
Tanpa menjawab paman Dimas terus memacu kencang mobilnya namun tetap berusaha melembutkan kemudinya agar Adith tetap merasa nyaman di dalam mobil. Sesampainya dirumah Adith segera mandi dan berganti pakaian menggunakan baju kokoh dan sarung serta kopiah hitam juga memakai wewangian. Mengambil sejadah lalu turun kebawah meminta izin kepada ibunya dan menjelaskan situasinya.
”Adith, ibu sangat mendukung semua hal yang kamu lakukan selama kamu tidak pernah melupakan semua kewajiban seperti saat ini, karena dengan ini kamu akan belajar untuk terus mendisiplinkan diri dan mengendalikan diri dengan sangat baik!” tegas Ibunya mengingatkan Adith dan menciumnya sebelum pergi.
Karena tak sempat berganti pakaian dan terlalu terburu-buru, Adith hanya sempat berganti sarung menggunakan celana kain panjang berwarna hitam yang biasanya ia taruh dibelakang sebagai persiapan setelah selesai melakukan kewajibannya sebagai muslim dan diantar oleh paman Dimas.
”A... Adith??? kamu yakin berangkat dengan pakain itu? tunjuk Yogi melihat Adith masih menggunakan baju kokoh berwarna putih tulang yang sangat kontras dengan kulitnya yang bersinar cerah.
”Tidak apa-apa Adith, kamu malah kelihatan sangat tampan dengan baju itu!” Adora memperbesar matanya untuk bisa melihat adith secara full layar melalui pupilnya.
”Laki-laki Idaman!!!” lanjut Emi yang tak berkedip bahkan sedetikpun sejak kedatangan Adith.
”Tampan, Jenius, Baik hati, Seorang Direktur, ” Feby menatap dengan tajam.
”Berbakti dan Sholeh juga!!!” Sambung Gina meleleh melihat Adith yang mengalihkan dunia mereka.
”Semua milik Alisya!!!!” Ucap Karin dengan suara dingin. Suara retak kaca tiba-tiba saja memecah bayangan mereka di ikuti tatapan para wanita yang patah hati yang kembali bangun dari dunia khayalnya yang menyakitkan.