Chapter 88 - Asbak Keramik! (1/2)
”Alisya, ini tempat umum! jangan menarik perhatian lebih besar lagi. Lihat, bahkan pengaman dan juga para karyawan tempat ini sepertinya takut dengan mereka!” Alisya melihat kesekelilingnya dimana para karyawan menatap dengan rasa khawatir dan takut sedang satpam tempat itu hanya berdiri membeku. Alisya merasa kesal karena ditempat umum seperti ini para pengawalnya tidak akan mungkin menghampiri Alisya terlebih karena banyaknya teman-teman Alisya di sekelilingnya.
”Siapa pemilik tempat ini??? kenapa mereka membiarkan orang-orang brengsek seperti mereka masuk ke tempat ini?” Alisya semakin tak bisa menahan amarahnya.
”hahahahahaha,,, memangnya apa yang bisa kau lakukan jika bertemu dengan pemiliknya hah???” Ucapnya memegang erat tangan Adora yang terus berusaha melepaskan diri.
”Lepaskan dia!!!” Beni berontak memukul keras wajah Ikbal dengan keras yang kemudian Beni di ringkuk oleh anggota pria tersebut.
”Beni.... akhhhh!!!” Rambut Adora sudah ditarik oleh Bray yang sebelumnya di sebut kakak oleh pria yang wajahnya lebam terkena tinju Beni.
”Bukan saatnya kamu mengkhawatirkan orang lain!” ucapnya sambil menjambak rambut Adora dengan keras.
Alisya yang marah dengan cepat menedang dada si pria dengan keras mematahkan 3 tulang rusuknya melepaskan genggaman eratnya di rambut Adora.
Alisya menyelamatkan Adora dari genggaman si pria itu. Adora langsung lari menepi dan memeluk Emi karena ketakutan.
”Alisya dibelakangmu!!!” teriak Emi ketakutan.
Dan tiba-tiba saja pecahan beling sudah berhamburan melewati kepala Alisya.
”Nice Karin! kemampuanmu sudah cukup meningkat ternyata.” Alisya berbagi tepukan dengan Karin yang tersenyum keren setelah menendang botol yang akan mengenai kepala Alisya dan menghempaskan anggota si pria tersebut.
”Kak, kakak baik-baik saja??” Pria yang menghentikan Alisya dengan cepat membantu pria itu berdiri.
”Sia**n!!! kau harus membayarnya” Pria itu langsung mengeluarkan sebuah senjata pistol dan menodongkannya kepada Alisya.
”Alisyaaa....” semua teman-temannya berteriak kaget melihat pria itu sudah mencoba menarik pelatuknya. Lalu kemudian suara tembakan dengan besar berbunyi memekakkan telinga bersamaan dengan Adith yang datang melompat ingin melindungi Alisya.
Adith terpental jauh dan terkapar seketika saat tubuhnya membentur lantai dengan sangat keras.
”Adiiithhhh...” Gina dan yang lainnya berteriak keras.
Alisya melesat melompat dengan kaki langsung melingkar ditangan Bray dan mematahkannya lalu merebut pistol tersebut dan memasukkanya kemulut Bray di lanjutkan dengan sebuah tendangan keras menghantam telinga kanan Ikbal.
Karin dengan sikap menambahkan pukulan beruntun di perut dan di lanjutkan dengan hantaman lututnya kekepala Ikbal membuatnya jatuh terkapar lalu menghantam seluruh anggota lainnya dibantu oleh Beni, Gani, Rinto dan Yogi tepat setelah Alisya memasukkan pistol tersebut dan mengambil ancang-ancang menarik pelatuknya.
”Alisya, kendalikan dirimu!!!” Karin takut kalau Alisya akan menarik pelatuknya.
Alisya hanya menoleh dan tersenyum. Melihat senyuman Alisya, Karin menghembuskan nafas lega. Karin yakin Alisya punya alasan dibalik tindakan beraninya itu, namun Adora dan yang lainnya takut melihat tindakan Alisya tapi tidak berani berkata apa-apa.
”Jauhkan pistolmu dari bang Bray!” seorang pemuda yang cukup berwajah tampan namun garang balik menodongkan pistol ke kepala Alisya.
”ck ck ck,,” Alisya berdecak dingin tak bergeming meski sebuah pistol juga sekarang sudah berda dikepalaya.