Chapter 82 - Kami Tidak Bertengkar (1/2)

”Maksud aku adalah waktu takkan bisa terulang kembali, penting bagi kita untuk bermain dan belajar diwaktu yang sama! bukankah akan sangat berharga waktu yang kita lalui jika segala macam hal kenakalan yang kita lakukan semasa sekolah tidak melunturkan semangat kita dalam meraih cita-cita? dimana kita bisa menjadi manusia yang lebih berarti dengan ilmu yang kita punya?” Karin masih dengan sopan mengingatkan teman-temannya untuk tidak hanya bersikap arogan namun bisa menjadi seorang yang meraih impian dengan tetap menyeimbangkan kedua hal yang selalu jadi kebiasaan disetiap orang semasa sekolah.

Alisya tersenyum bangga mendengar kalimat yang dituturkan oleh Karin. Ia merasa kalau seiring berjalannya waktu, pola pikir mereka menjadi lebih dewasa dan terasa dalam menjalani hidup. terlebih ketika mereka akan menghadapi masa dimana mereka harus sudah berani memutuskan untuk memilih apa yang akan dilakukan oleh mereka demi masa depannya.

”Bagi mereka yang tidak ingin merasakan pahitnya belajar, maka ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya!!” tambah Alisya menguatkan argumen Karin.

Mereka semua terdiam menyesapi tiap kata yang telah diucapkan oleh Alisya dan Karin.

”Akan ada saat dimana ketika kita semua akan pergi mengejar cita-cita atau cinta, namun sebaiknya kita bisa pergi dengan semua kenangan dan menjadi orang yang lebih berharga!” tambah Rinto.

”Maka dari itu, Karin ingin agar kita bisa melewatkan masa ini tanpa ada rasa penyesalan!” lanjut Adora dengan semangat.

”Jadi gimana kalau kita buat kelompok belajar sebelum masa ujian tiba? aku ingin selalu berada bersama kalian, seperti yang dikatakan oleh Karin dan Yogi. Dengan begitu kita bisa bercanda ria, bermain menciptakan kenangan tapi tidak melewatkan setiap pelajaran yang ada disekolah!” Emi semangat melemparkan pandangannya keseluruh kelas.

”Benar, dengan begitu banyak hal yang bisa kita lakukan bersama! aku yakin teman-teman sekelas juga mengharapkan hal yang sama, terlebih karena sekolah kita adalah sekolah Elite se Indonesia yang mengharuskan tiap siswa adalah contoh teladan bagi siswa yang ada disekolah lain” Febi tak mau kalah. memikirkan hal itu saja sudah membuatnya merencanakan banyak hal.

”Aku setuju, akan sangat membanggakan jika kita semua bisa kompak dalam segala bidang. Dan lihat, tidakkah kami yang mendapat nilai bagus lalu telah menjadi motivasi dan kecemburuan yang besar bagi mereka untuk bisa menjadi orang yang lebih baik?” tunjuk Beni yang melihat seluruh isi kelas sedang memperhatikan mereka yang sedang berdiskusi.

”Aku sih tidak masalah, malah aku lebih termotivasi saat kita semua memiliki daya saing satu sama lain. Kenapa tidak?” tantang Karin melemparlan senyumnya kepada semua orang.

Sejak pertama kali bertemu semua orang yang berada dikelas Mia 2 memang menaruh jarak dan tidak begitu peduli terhadap kehadiran Alisya dan Karin. SMA Cendekia Indonesia memang sangat mementingkan nilai pelajaran yang dimiliki oleh tiap siswa yang membuat mereka terkadang bagaikan robot yang hanya terus belajar dan tak menikmati masa-masa SMA mereka. Mereka hanya sibuk menjatuhkan satu sama lain atau bahkan menganggap bahwa nilai adalah segalanya.

Namun begitu mendengar diskusi Karin dan Yogi mereka jadi sadar bahwa penting bagi mereka untuk belajar bukan untuk menjadi keren tetapi menjadi berharga.

****

”Hai,,,” Adith berbisik pelan kepada Alisya yang begitu serius mencari beberapa materi yang bisa ia jadikan referensi.

”Apa yang kamu lakukan disini?” Alisya kaget melihat Adith yang berada diperpustakaan mereka. ”Seorang elite yang memiliki hak akses dimanapun dia suka!” batin Alisya.

”Tentu saja bertemu denganmu!” senyum Adith menaruh tangan didagunya memperhatikan wajah Alisya.

”Oke stop!! aku lagi serius!!!” tegas Alisya.

”Aku juga!” Sela Adith.