Chapter 39 - Tentu Saja Tidak (1/2)
Setelah sekitar satu jam lebih mereka menunggu didalam kelas yang kini telah sunnyi dengan penuh cemas, Alisya muncul dengan wajah ceria dan tersenyum lembut.
”Alisya???” Adora berteriak melihat Alisya yang berjalan masuk.
”Kau baik-baik saja?” Tanya Rinto bangkit dari duduknya.
”Ba,,, bagaimana hasilnya?” Yogi tergagap.
”Kamu mendapat nilai tertinggi se Indo nggak? terus gimana dengan kakek Takahashi?” Serang Karin mendekati Alisya.
”Semua aman!!!” Alisya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih sambil mengangkat tangan kanannya membentuk tanda V.
Adith tak berkata apapun dan hanya memeluk Alisya dari belakang dan melingkarkan tangannya si kepala Alisya.
”Sepertinya aku mulai terbiasa dengan kemunculanmu yang selalu mendadak!” Alisya berbalik melepaskan dengan lembut pelukan Adith karena malu.
”Kau tak pernah berhenti membuatku khawatir” ucap Adith sambil membelai kepala Alisya.
”Adith, berkat kamu aku sudah berhasil menyelesaikan tantangan kakek dengan baik, untuk itu akan menepati janjiku!” Ucap Alisya menundukkan kepalanya menatap berat kearah Adith.
”Tidak perlu, aku percaya padamu! kamu bisa menceritakan kepadaku kapanpun kamu siap!” Adith berusah mengurangi kegundahan hati Alisya.
Alisya tersenyum menatap Adith berbinar-binar tak percaya kalau Adith bisa dengan sabar dan tenang seperti itu.
”Adith, aku mendapatkan nilai tertinggi se Indonesia. itu berati aku mengalahkanmu?” Mata Alisya membara berharap bisa mengalahkan Adith dalam hal ini.
”Tentu saja tidak!!!” Alisy bingung dengan ucapan Adith.
Karena dirinya yang mendapatkan nilai tertinggi seindonesia, sudah tentu Alisya telah mengalahkan Adith. Namun Adith hanya tersenyum sembari menyodorkan kertas hasil ujiannya. Kertas miliknya sedikut berbeda dengan kertas yang mereka miliki. Kertas Adith terlihat berkelas dan sedikit tebal.
”Kamu mendapat nilai tertinggi di seluruh siswa tingkat SMA se Internasional???” Alisya tak percaya membaca kertas hasil ujian tersebut. ”Otak kamu kumpulan dari para Ahli yang jenius yah?” Alisya menatap Adith dengan takjub.
Reaksi Alisya yang polos dan menggemaskan membuat Adith mencubit lembut pipi Alisya dan tersenyum mengambil kertas miliknya dengam bangga.
”Ehemmm... sampai kapan kita harus melihat kemesraan ini??” Karin membuka suara tidak tahan dengan suasana romantis dihadapan mereka.
”Mataku,, aduh mataku sakit banget liatnya!” Ejek Yogi.
”Sepertinya mual aku kambuh lagi” Beni berlari menuju ke arah jendela untuk mendapatkan angin segar.
Sedangkan yang lainnya hanya bisa tersenyum-senyum merasakan kebahagiaan.
”Alisya, terimakasih banyak berkat dirimu dan Adith kami bisa mendapatkan nilai yang lebih baik” Ucap Adora lembut.
”Terimakasih juga karena kalian sudah memberikanku kesempatan dan mempercayai aku!” Alisya menatap mereka semua secara bergantian.
”Sebenanrnya, kami juga tidak tau bagaimana awal mulanya tapi orangtua kami bilang mereka semua dipecat dikarenakan oleh orang suruhanmu!” Feby menjelaskan dengan yakin
”Benar Alisya, mereka juga mengancam kami untuk jangan dekat-dekat denganmu ataupun berbicara denganmu!” Tambah Adora.
”Mereka bahkan memberikan teror kepada kami jika berani mendekatimu!” suara emi bergetar takut.
”Awalnya kami berpikir apa salah kami sampai kamu berbuat segitunya, tapi setelah melihat pengorbananmu kami jadi berpikir kembali bahwa tidak mungkin kamu bisa melakukan hal tersebut” Tambah Beni setelah mendapatkan angin segar.
”Terlebih lagi kamu tidak punya cukup kekuatan dan kekuasaan untuk melakukan itu, kecuali...” Adora tidak berani melanjutkan ucapanya.
”Kecuali Adith yang membantuku melakukannya, iya kan?” Alisya berbalik dan menatap Adith.
Adith hanya tersenyum nakal melihat tatapan Alisya yang menuju ke arahnya. Adith kagum dengan kemampuan Alisya dalam menebak pola pikir mereka yang sedikit picik karena permasalahan itu.
”Tapi kami tau Adith bukanlah orang yang akan menggigit orang lain jika orang itu tidak memulai serangannya!” Tegas Beni.
”Dan kami semua serta yang lainnya adalah orang-orang yang jangankan untuk menyerang, menyebut nama Adith saja adalah hal yang cukup menakutkan bagi kami” Jelas Feby.
”Tenanglah aku punya cara untuk bisa memancing orang itu keluar!” Terang Alisya tersenyum tipis.
Semuanya saling menatap bingung dan hanya Adith yang tertawa melihat keyakinan Alisya.
”Alisya, orang yang kamu lawan bukanlah orang biasa!” Rinto mengingatkan.
”Orang ini dengan gampangnya memecat beberapa petinggi sebuah perusahaan yang bisa dibilang merekalah yang paling senior dan paling berpengalaman dibidangnya. Jadi orang ini bukanlah orang biasa!” Tambah Yogi meyakinkan Alisya.
”Apa kamu punya cukup kuasa?” Beni bertanya dengan kaku dan ragu.
”Dia punya kartu As,,, Kartu kuasa yang sangat berbahaya!” Karin memandang Alisya Licik.