Chapter 463 - 463. Kecemasaan Hati Putri Emilia (1/2)
Putri Eliza mendapat sanjungan dari Yang Mulia Raja menjadi semakin tidak tahu malu, ia dengan percaya dirinya menggandeng Ludius dan mengantarnya menuju tempat duduknya.
Sikap lancang Putri Eliza untuk sementara waktu Ludius diam karena ia tidak ingiin membuat keributan di pagi hari. Tapi siapa sangka, para Putri dari anak Raja dan Perdana Menteri melemparkan tatapan bengis dan iri dengki pada Putri Eliza.
Rata – rata dari mereka membicarakan Putri Eliza dan men capnya sebagai Putri tidak tahu diri serta tidak tahu malu. Iini menandakan bahwa beberapa dari mereka memang menginginkan posisi Putri Eliza yang mendapat kehormatan untuk mengantar Ludius duduk.
'Aku akui, diriku memang tampan. Tapi bukan berarti aku bisa menjadi bahan rebutan kalian. Untuk saat ini aku diam karena mengingat Zain masih di tangan kalian dan aku belum menemukan bukti sama sekali. Tapi begitu aku sudah mendapatkan semuanya, akan ku pastikan kalian mendapatkan BAYARANNYA karena telah berani mempermainkan ku seperti ini'.
”Silahkan duduk Tuan Lu. Jika Tuan Lu meminta saya untuk menemani saya disini, saya akan dengan senang hati menerimanya”. Ujar Putri Eliza.
Ludius tidak lantas menjawab ke percayaan diri dari Putri Eliza, Ludius justru terlihat sangat risih pada wanita yang saat ini menempel di sampingnya. ”Putri Eliza..” kata Ludius dengan tanpa melihat ke arah Putri Eliza'.
”Ya Tuan Lu, ada apa anda memanggilku?” tanyanya dengan bersemu merah. Mungkin di dalam pikirannya saat ini sudah berangan – angan jauh entah kemana.
”Lain kali anda tidak perlu menggandeng saya seperti tadi. ingatlah.. status anda adalah seorang Putri. Saya hanya tidak ingin menjadi buah bibir banyak orang karena hal sepele seperti tadi. Dan perlu saya tekankan bahwa..”. Ludius menoleh ke arah Putri Eliza dengan tatapan dingin. ”Saya sudah beristri!”.
”Memangnya kenapa kalau kamu sudah beristri, Tuan Lu? aku tidak mempermasalahkan itu. Aku bisa menjadi..” belum selesai Putri Eliza berbicara dengan tegas Ludius memangkasnya.
”Cukup! saya diam saat anda berlaku tidak sopan tadi karena masih menghargai Yang Mulia Raja. Tapi jika lain kali anda berlaku lebih dari ini, anda akan tahu akibatnya terlepas dari status anda!” ancam Ludius.
Aura hitam pekat dari kemarahan Ludius terpancar keluar hingga orang – orang yang berada di Aula makan merasakannya. Meski begitu, para Putri lain yang tidak mendapat hak mengantar Ludius duduk justru terlihat senang dan seolah mendapatkan hal bagus untuk di jadikan bahan gosip.
Merasa di permalukan dan menjadi bahan tertawaan di belakangnya, Putri Eliza lekas pergi dari meja makan Ludius dengan amarah yang tertahan. ”Aku tidak akan tinggal diam. Kau pasti akan jatuh ke dalam pelukanku, Tuan Lu!”. ancam balik Putri Eliza.
”Jika kau melakukan itu,, maka sama saja dengan merendahkan martabatmu sebagai Putri. Dan ingatlah! Aku tidak akan segan meratakan Kerajaanmu jika aku ingin!”
Ancaman yang Ludius lontarkan kali ini tidak main – main. Meski jika di pikirkan itu mustahil bagi sebuah Organisasi melenyapkan sebuah Negara. Tapi cara Ludius mengatakannya sudah cukup untuk menekan Putri Eliza agar tidak melakukan hal lebih untuk sementara waktu.
”Sudah.. sudah.. pagi ini kami mengundang Tuan Lu adalah murni untuk penyambutan saja. Jangan pikirkan apa yang telah saya katakan barusan. Pelayan.. siapkan sajiannya!” Perintah Raja Frederick.
Jelas sekali ia sengaja melakukan ini untuk mengalihkan perhatian Ludius agar tidak membahasnya semakin dalam. Dari segi militer, mungkin Ludius kalah jumlah. Tapi dari segi senjata nuklir, Ludius masih memiliki kartu AS yang dapat melenyapkan sebuah Pulau bahkan Negara. Dari hal ini dapat di simpulkan bahwa Yang Mulia Raja menyadari dengan pasti kelemahan dan kekurangan mereka.
-
Acara sarapan bersama berjalan dengan lancar tanpa ada wanita orang orang lain yang berbuat onar dengan tidak tahu malu. Setelah 30 menit lamanya, acara sarapan selesai dan Raja Frederick segera meninggalkan Aula.
Setelah selesai acara sarapan bersama, satu – persatu anggota keluarga meninggalkan aula. Sedangkan Pangeran Richard dan Putri Emilia menghampiri Ludius. ”Tuan Lu, maaf atas kelancangan adikku tadi. Dia tidak bermaksud untuk..” sapa Pangeran Richard. ia merasa tidak enak hati dengan kelakuan adiknya yang sembrono dan tidak tahu malu.
”...Tidak perlu meminta maaf. Aku hanya memberi ketegasan pada Putri Eliza atau semua orang yang ada di Aula tadi bahwa aku sudah menikah dan tidak bisa menerima wanita lain”.
”Aku paham, maka dari itu aku meminta maaf atas nama adikku. Lain kali aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.”
”...”