Chapter 432 - 432. Rencana Kepergian Ke Kerajaan Hardland (1/2)

Setelah mendapat telepon dari Pangeran Richard, Ludius kembali menyuapi Silvia. ”Maaf Sayang, makannya di lanjut yah..” pinta Ludius.

”Aku sudah kenyang Ludius, bisa kamu katakan, apa yang Pangeran Richard bicarakan denganmu?” tanya Silvia ragu – ragu.

”Kalau ada yang ingin di tanyakan. Katakan saja Syang. Tadi aku sedang membahas mengenai Dokter yang di datangkan dari Kerajaan Hardland. Jadi ke dpannya kamu bakal di rawat olleh Dokter baru ini, namanya Dokter Martin. Aku harap kedepannya kamu menjadi lebih sehat Sayang..” kata Ludius membelai surai rambut Silvia.

”Hanya saja aku sedikit sedih dan kecewa, suamiku. Mengapa kamu pergi dan mendorong istrimu sendiri pada pria lain? Meski itu hanya seorang Dokter tapi dia tetaplah pria. Mengapa kamu sampai melakukan sejauh ini Ludius? Aku tidak bisa menerimanya!”. Tolak Silvia tegas.

”Percayalah padaku, Sayang. Ini karena demi kebaikanmu. Jika kamu terus menolak, aku tidak bisa menghadap Ibu Mertua karena gagal menjaga dan merawat mu dengan baik.” Jawab Ludius datar.

Ia memang bingung, apa yang seharusnya di lakukan olehnya. Apakah keputusannya sudah benar dengan melakukan hal ini? Lalu, apakah aku sudah salah karena mengabaikan Silvia?

Pertanyaan demi pertanyaan singgah dalam pikiran Ludius, ia semakin sulit meninggalkan istri tercintanya. Tapi mau bagaimana lagi, jika ingin mendapat kebenaran, maka harus ada pengorbanan. Maka dari itu, sudah di putuskan.. Ludius pasti akan pergi.

”Sayang, istirahatlah.. aku akan mengurus segalanya terlebih dahulu.” kata Ludius, ia kembali membaringkan Silvia agar dia bisa beristirahat.

”Jadi kamu benar – benar akan pergi, Suamiku..” awalnya raut wajah Silvia terlihat kecewa, namun tidak berselang lama ia melebarkan senyum. ”Baiklah, hati – hati suamiku. Aku akan selalu menunggu video call darimu dan semua hadiah yang kamu dapatkan dari Kerajaan Hardland”.

Meski ia melebarkan senyumnya, nyatanya hati Silvia menangis. Tapi sudahlah.. ini mungkin salah satu permainan Takdir yang Tuhan siapkan untuknya dan Ludius. Jadi terima saja..

”Terima kasih atas pengertianmu, Sayang. Aku pasti akan selalu memberimu kabar. Setidaknya kejadian 2 tahun yang lalu takkan pernah terjadi”. Jawab Ludius. Ia tahu, cara yang Ludius lakukan 2 tahun lalu demi membongkar kebusukan Jonathan Nero memang telah menyakiti Silvia.

Silvia pura – pura memejamkan mata agar membuat Ludius fokus dengan apa yang sedang di kerjakannya. Sedangkan Ludius sendiri memilih untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu laporan terakhir mengenai keadaan Perusahaan. Agar saat Ludius pergi nanti, Wangchu yang mewakilinya tidak keteteran.

-

1 jam kemudian.

Setelah selesai mandi dan memakai setelan kemeja dan jas hitam khas Ludius, ia yang sedang ada di depan cermin sedang memakai jam tangan swiss. Silvia yang pura – pura tertidur terus memperhatikan Ludius sejak Ludius keluar dari kamar mandi.

Pesona Ludius memang tidak pernah berubah meski karakternya sudah sedikit hangat. Melihat dada bidang yang terbentuk indah membuat Silvia memikirkan hal yang mampu membawanya menuju alam imajinasi.

Entah Ludius tahu atau tidak dengan keusilan Silvia yang terus mencuri pandang dirinya, akan tetapi Ludius tetap diam tanpa mengatakan apapun. Mungkin dia sengaja tidak mengatakannya, agar Silvia puas memandang tubuh Ludius. Pasalnya kalau Ludius sengaja memergoki Silvia memandang dirinya itu juga percuma, karena itu, diam lebih baik.

Setelah selesai memakai jam swiss, Ludius keluar dari kamar pengantin. Namun sebelum itu, kecupan hangat melesat ke bagian kening dan bibir ranum Silvia. ”I Love you baby.. di manapun aku berada, kamu adalah satu – satunya yang ku cintai” kata Ludius. Ia melanjutkan langkahnya keluar dari kamar sambil membawa ponselnya.

”Bibi Yun..” Panggil Ludius setelah ia mnuruni tangga dan berjalan perlahan menuju ruang tamu. Namun langkahnya terhenti saat Bibi Yun menghamprinya.