Chapter 372 - 372. Membawa Nadia kembali dari Pesawat (1/2)

Wangchu yang menggendong Nadia masih berdiri di depan ruang tamu, menunggu Bibi Yun datang menunjukkan kamar yang sudah di siapkan untuk Nadia tinggal. ”Bibi Yun..” panggil Wangchu untuk yang kedua kalinya dengan suara nyaring.

Lucunya, meski Wangchu berteriak begitu nyaring, Nadia tidak bangun sama sekali. Ia kini terlihat bagai putri tidur yang menikmati gendongan dari seorang Pangeran seperti Wangchu.

Dari arah dapur, Bibi Yun berjalan cepat menghampiri Wangchu yang masih berdiri di samping sofa ruang tamu. ”Tuan Wangchu, maaf sudah membuat anda menunggu lama. Mari saya tunjukkan kamar tamu yang sudah Nyonya Silvia siapkan..” kata Bibi Yun mengantar Wangchu menuju kamar tamu yang letaknya berada di samping kamar khusus yang di siapkan untuk Ibu Yuliana. Berada di bawah samping ruang keluarga.

Tiba di depan kamar tamu, Bibi Yun membukakan kamar tamunya dan mempersilahkan Wangchu untuk masuk. ”Silahkan masuk Tuan, kamarnya sudah saya rapikan. Tuan langsung bisa membaringkan Nona Nadia disana.”

”Uhm..” Jawab Wangchu hanya dengan sebuah deheman. Ia langsung membawa Nadia kedalam dan membaringkannya di kasur.

Bibi Yun mengikuti Wangchu masuk kedalam, dan berdiri di depan pintu. ”Tuan Wangchu, ada yang bisa saya bantu. Ohya Tuan Lu beserta Nyonya sedang makan malam di ruang makan. Jika berkenan, Tuan Wangchu di minta untuk bergabung sekarang. Mereka masih menunggu.” Ujar Bibi Yun.

Wangchu baru saja membaringkan Nadia langsung menoleh ke belakang. ”Baik Bi, aku akan menyusul ke ruang makan. Mereka lanjutkan saja makan malamnya. Masalah Nadia, biar aku yang akan mengurusnya. Bibi lanjutkan saja pekerjaannya.”

”Baik Tuan, saya permisi.” Bibi Yun langsung meninggalkan kamar tamu.

Suasana kembali hening, kini di kamar tamu hanya ada Wangchu, ia duduk menemani Nadia yang masih tertidur pulas. ”Hei putri tidur, sampai kapan kamu akan memejamkan mata indahmu?” Wangchu mencubit hidung mbangir Nadia.

Rambut panjang Nadia yang di biarkan tergerai sedikit menutupi wajah manisnya, sesekali Nadia menggeliat dengan tangannya menggapai tangan kanan Wangchu yang sedang menyampirkan rambut panjang Nadia yang menutupi wajahnya.

”Uhm...” rupanya Nadia mengigau, ia semakin mendekap erat tangan Wangchu dengan kedua tangannya, seolah tidak ingin Wangchu pergi dari sisinya.

Melihat reaksi Nadia yang berada di bawah alam sadarnya, Wangchu langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Nadia. ”Putri Nadia Felicia Hadiningrat. Jangan coba-coba menguji kesabaranku.. apakah kamu sangat tidak ingin aku pergi?” bisik Wangchu lirih,

Suaranya yang menggema di gendang telinga Nadia mampu menarik Nadia dari alam bawah sadarnya. Deru napas Wangchu mampu membuat Nadia merinding masuk ke setiap inti kulitnya.

Perlahan Nadia merasakan ada hal aneh dengan dirinya, ia mencoba untuk bangun dari tidurnya. Memaksa kelopak matanya untuk terbuka, memaksa jemari tangannya untuk tergerak. Begitu matanya terbuka, betapa terkejutnya Nadia melihat wajah Wangchu yang tepat berada di depan matanya.

”Arrghh...!” teriak Nadia secara spontan.

Mendengar teriakan Nadia, Wangchu refleks langsung membekap mulut Nadia dengan tangan kiri memberi isyarat untuk diam. ”Hsst.. Putri Nadia, apa kamu tidak bisa mengontrol volume suaramu?” bisik Wangchu.

”Pfft...” Nadia mencoba untuk berbicara dengan mulut yang masih di bekap Wangchu, tangan kanannya ia gunakan untuk menarik tangan Wangchu agar menyingkir dari mulutnya.