Chapter 355 - 355. Pria Tua Misterius. Siapa Ayah Chun xing sebenarnya? (1/2)

#Hutan area Nanjiang

Terik matahari sudah berada di ujung kepala menyengat dan menyinari hutan di area Nanjiang yang cukup lebat dan rimbun. Siang ini karena permintaan seorang wanita yang menolongnya, Ludius tepaksa masih berada di sebuah gubug menunggu sang Ayah pemilik gubug tersebut kembali.

Tubuh Ludius yang masih terluka akibat terbentur keras saat terpental meninggalkan luka dalam pada beberapa tulang dan rusuk yang retak dan terkilir. Ia yang sedang duduk di ruang tamu sederhana dengan biliknya yang semua masih terbuat dari kayu menarik perhatian Ludius.

”Tuan, waktunya makan siang.” Kata Chun xing yang sudah membawa nampan dengan mangkuk berisi sayur sop sederhana.

Ludius yang sedang melihat ponselnya meski tidak ada sinyalnya sama sekali, menoleh kearah Chun xing dengan senyum simpul. ”Kau yang membuatnya Chun xing?.” Tanya Ludius sambil membenarkan posisi duduknya.  Beberapa tulangnya yang retak membuat Ludius tidak bisa duduk dengan benar, ia bahkan harus menyandarkan tubuhnya di atas risban dengan bantual beberapa bantal agar lebih empuk.

Chun xing yang datang langsung menaruh mangkuk tersebut di meja, sebelum itu ia membantu Ludius merubah posisi duduknya agar lebih mudah untuk makan. ”Ayo Tuan, anda harus merubah posisi duduk anda agar lebih mudah memakan makanan anda.”

”Makanan ini untukku, lalu bagaimana dengan mu Chun xing?.” Tanya Ludius sambil melihat ke arah Chun xing yang masih membenahi bantal yang ada di belakang punggung Ludius.

Chun xing terdiam beberapa saat dengan wajah yang tertunduk ke bawah, begitu ia mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Ludius, ia mengembangkan senyumnya. ”Chun xing bisa makan nanti, lagi pula di belakang masih ada, jadi Tuan tidak perlu khawatir.” Jawabnya dengan mulut gemetar.

Ludius yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. 'Ish.. ada apa dengan wanita ini? Dia belum memakan apapun dan memberikan jatah makanannya yang hanya ada semangkuk di berikan pada orang lain. Aku yang dulu mungkin akan langsung memakannya tanpa mempertimbangkan mu yang sedang kelaparan juga. Tapi aku masih teringat istriku yang selalu ceramah panjang untuk tidak membuat orang lain kelaparan.'

Chun xing mengambil mangkuknya dan menyendok sedikit supnya dan menyuapinya pada Ludius. ”Tuan, ayo buka mulutnya..” kata Chun xing dengan menyodorkan sendoknya yang sudah ada di depan mulut Ludius.

”Makanlah supnya, itu adalah makan siangmu, aku sudah makan tadi pagi bukan. Jadi sekarang giliranmu untuk memakannya.” Tolak Ludius secara halus.

Wajah Chun xing justru menjadi sedih saat mendengar Ludius tidak ingin memakan sup buatannya. ”Tuan.. apakah Tuan benar – benar tidak menginginkan sup buatan Chun xing? Apakah xup buatan Chun xing tidak enak sehingga Tuan tidak mau memakannya?.” Tanya Chun xing dngan lagat polosnya.

”Ah bukan, bukan seperti itu Chun xing. Aku sangat menghargai atas usahamu membuatkanku makanan, tapi kamu sendiri belum makan. Jadi makan saja supnya, lagi pula aku masih kenyang.” Ujar Ludius dengan mengelus surai panjang Chun xing. Dengan sikapnya seperti seorang Kakak, Ludius memberikan perhatiannya.

”Tapi Chun xing membuat ini untuk Tuan, masa Chun xing yang memakannya,” ia merasa bersalah, rasa laparnya tertebak dengan tepat oleh orang yang di tolongnya,

”Tidak apa – apa Chun xing. Sekarang katakan, sebenarnya ayahmu pergi kemana? Mengapa sampai sekarang beliau belum kembali?.” Tanya Ludius kembali, ia memang harus segera meninggalkan hutan itu segera dan mencari tahu bagaimana keadaan Silvias serta hasil akhir dari pertempuran semalam.

”Ayah pasti sebentar lagi kembali, biasanya Ayah kalau pergi pasti ke kebunnya untuk menanam sayuran dan mencari kayu bakar untuk persediaan selagi masih belum hujan.”