Chapter 342 - 342. Berita Penyerangan kembali di Nanjiang (2/2)

[”Kau terlihat serius sekali Ludius, apakah sudah terjadi sesuatu?.”]

[”Musuh kembali membawa pasukannya untuk menyerang area Nanjiang. Sepertinya kali ini mereka tidak main-main. Aku perintahkan kau untuk segera menyusulku ke Markas di Nanjiang. Disana Zhenyi sedang mengulur waktu sampai bantuan dari kita dan anggota pusat datang.”]

[”Baiklah, dalam 20 menit aku akan sampai di sana.”]

[”Bagus, kita akan tunjukkan bahwa Organisasi Naga Imperial tidaklah semudah itu untuk di lawan!.”].

Ludius kembali menutup telefonnya, ia mengambil pistol dessert eagle beserta pelurunya di laci meja dan memasukkannya kedalam saku jas. Dengan langkah cepat ia meninggalkan ruang kerjanya mnuju tangga, namun saat ia melewati depan pintu kamarnya, langkahnya terhenti.

”Lebih baik aku melihat Silvia terlebih dahulu. Memandang wajahnya itu sudah cukup untuk menenangkan hatiku.” Gumam Ludius. Ia masuk ke dalam kamar, disana Silvia sedang tertidur lelap dengan boneka taddy bear yang ia peluk.

Perlahan Ludius duduk disamping istrinya agar tidak membangunkannya. Dengan lembut ia membelai wajah lembut Silvia dan mencubit hidung pesek istrinya. ”Tidurmu nyenyak sekali Sayang. Memang apa yang sedang kau mimpikan saat ini?.” Ucap Ludius.

”Ugh.. ” Silvia yang merasa ada tangan nakal yang mengganggunya, refleks tangan kanannya menggenggam tangan Ludius dengan sangat erat dengan tubuh menggeliat dan semakin mengeratkan pelukan pada bonekanya.

”Jangan pergi..” sepertinya Silvia mengigau.

”Sayang, dalam mimpipun kamu tidak memperbolehkanku pergi? Maafkan aku Sayang, tapi aku harus pergi apapun yang terjadi.”

Ludius yang melihat taddy bearnya di peluk erat mengerutkan keningnya. ”Enak sekali yang menjadi boneka taddy bear, tiap hari kamu memeluknya. Aku cemburu Sayang. Kamu saja jarang memelukku seperti itu. Tapi baiklah, untuk malam ini saja aku membiarkanmu memeluk boneka itu sepuasmu. Aku pergi dulu ya Sayang..” Ludius membelai surai rambut Silvia, memberikan kecupan hangat pada istrinya itu dengan sepenuh hati.

'Aku mencintaimu, sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu istriku. Bahkan jika aku tiada sekalipun kamu tetap akan menjadi orang yang paling aku cintai. Gadis kecilku, selamat malam. Mimpilah seindah mungkin.'

Langkah kaki Ludius yang terasa berat, ia paksakan meninggalkan Silvia seorang diri. Demi anggotanya yang sedang berjuang, ia sebagai Pemimpin tidak bisa hanya diam menunggu pasukannya tumbang.

Ludius tanpa menoleh kebelakang mempercepat langkahnya menuruni tangga, dan langkahnya terhenti dengan kedatangan Bibi Yun.

”Tuan!.” Panggil Bibi Yun.

”Ada apa lagi Bi?. Katakan dengan cepat!.”

”Saya telah memberi tahu markas pusat. Dalam 20 menit mereka sampai di Markas Nanjiang.”

”Bagus. Terima kasih atas kerja kerasnya selama ini Bi. Aku titip Silvia, jangan biarkan dia tahu aku pergi untuk ke arena Nanjiang. Aku hanya tidak ingin dia khawatir dan mengganggu kesehatan kandungannya.”

”Baik Tuan.”

Ludius pergi begitu saja menuju ke depan yang sudah di siapkan mobilnya setelah Bibi Yun menunduk memberi hormat.