Chapter 334 - 334. Mengantar Azell ke sekolah (2/2)

Yang ditakutkan Ludius bukan bagaimana cara Azell bersosialisasi, tapi lebih kepada menghindari orang-orang yang berniat tidak baik jika mengetahui tentang kejeniusan Azell.

Setibanya dipelataran gedung besar sekolah telit kanak-kanak, Ludius menghentikan laju mobil dan mematikan mesinnya.ia keluar dari dalam mobil dan membukakan pintunya. ”Ayo Azell keluar.”

Azell keluar dari dalam disusul Silvia. Sementara itu Silvia berjongkok di depan Azell dan memperhatikannya untuk memberikan sedikit nasihat. ”Azell, jika nanti ada yang mengatakan macam-macam, Bunda harap Azell tidak emosi dan tetap menjaga ketenangan. Azell bisa berjanji pada Bunda?.” Tanya Silvia, ia beranjak dari dan berdiri dengan mengacungkan jari kelingkingnya.

”Uhm.. Azell akan berusaha untuk tetap tenang dan menjadi anak yang baik demi Bunda dan Papa.” Jawab Azell juga mengcungkan jari kelingkingnya dan menautkannya.

”Pintar, sana masuk Sayang. Coba cium tangan Bunda sama Papa dulu.”

”Cium tangan bagaimana Bunda?.” Tanya Azell bingung.

Maklum saja, tradisi cium tangan memang jarang ada di negara China, dengan sabarnya Silvia mengjari Azell bagaimana cara berpamitan yang sopan untuk menghargai orang yang lebih tua.

Azell mengulurkan tangannya dan mencium tangan Silvia. Dengan bijaksana Silvia menerima ciuman takdim putranya sambil mengelus kepala dan punggung Azell.

”Azell berangkat sekolah dulu Bunda,”

Silvia mengangguk dan menunjuk Ludius untuk Azell berpamitan dengan Papanya juga.

”Pa, Azell berangkat sekolah dulu.” ucap Azell sambil mencium tangan Ludius.

”Belajarlah yang rajin.” Ujar Ludius sambil menepuk-nepuk pundak Azell dan memperhatikan kepergiannya masuk kedalam sekolah.

Setelahnya Ludius mendekap Silvia dari samping dan mengecup keningnya. ”Terima kasih telah mengajari kebaikan pada Azell. Jika tidak ada kamu, mungkin Azell tidak akan seperti sekarang ini.”

”Ini adalah tugas kita sebagai orang tua. Entah aku atau Shashuang pasti mengharapkan yang terbaik untuk putranya. Aku harap dimasa mendatang Azell akan menjadi pria yang lebih baik darimu.” Ucap Silvia sambil mellirik Ludius.

”Jadi maksudmu aku tidak baik begitu sebagai seorang pria?.” Tanya Ludius usil dengan tangannya mencubit lembut area pinggang istrinya.

”Augh.. maaf-maaf, aku salah. Iya, Ludius adalah pria sekaligus suami terbaik. Apa kamu puas suamiku?.”

”Coba katakan sekali lagi, tadi sepertinya kau mengatakannya kurang keras. Aku tidak mendengarnya dengan baik.” Ledek Ludius dengan menempelkan telinganya didekat bibir Silvia.

”Bohong dosa loh yah.. sudahlah, kenyang aku makan modusmu suamiku. Yuk pergi ke kantor.” Ajak Silvia menghindari rayuan suaminya yang entah kapan selesainya.