Chapter 276 - 276. Keberangkatan ke Jeju (1/2)

2 jam lamanya Ludius melakukan aktifitasnya di ruang kerja sebelum terbang ke Jeju karena masih banyak hal yang harus di urus. Sedangkan Silvia sendiri melakukan persiapan dan packing untuk beberapa hari di luar Negeri dan entah suaminya akan membawanya kemana sebagai kejutan.

”Sayang, kamu sudah siap?”. Sapa Ludius di ujung pintu

Silvia yang baru saja berganti pakaian dan sedang memakai sedikit make up untuk meluweskan diri menoleh kebelakang. Suaminya yang sudah memakai jas tuxedo hitam khas dirinya yang berdarah dingin tengah bersandar ke dinding pintu dengan tangan sedekap memperhatikan wajahnya membuat Silvia bersemu merah, malu.

”Apa yang kau perhatikan dan fikirkan suamiku?”. Tanya Silvia dengan menyembunyikan perasaan malunya,

”Tidak ada Sayang, haya saja hari ini kamu sangat cantik..!”. puji Ludius

”Benarkah? Sungguh? Kalau dengan Shashuang atau waniita mu yang lain bagaimana?”. Tanya Silvia agak aneh, tidak biasanya dia membandingkan dirinya dengan wanita lain.

Ludius mengerutkan keningnya heran dengan pertanyaan aneh istrinya. 'Tidak biasanya Silvia mempertanyakan itu...!' batin Ludius.

Dengan langkah gagah Ludius mendekat ke arah istrinya yang masih duduk menoleh ke arahnya. ”Sayang.. bagaimanapun penampilanmu di mataku istriku tetaplah yang tercantik. Janganlah terlalu memandang rendah dirimu istriku, karena kau berhak berbangga diri dengan apa adanya dirimu yang berhasil memikat hatiku”. Kata Ludius yang kini sudah berada di depan Silvia. Dengan lembut ia menyentuh wajah istrinya yang mendung seakan sedang memikirkan sesuatu.

”Kau selalu saja bisa menenangkan hatiku suamiku, meski perkataanmu sangat sederhana tapi itu sudah cukup untuk menenangkan hatiku”. Balass Silvia, tangan kanannya menumpuk di atas tangan Ludius yang menyentuh wajahnya dan memegangnya dengan sepenuh hati.

”Percayalah istriku, tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku. Meski semua masa laluku datang mendekat takkan mengubah kebenaran tentang hatiku..”. ungkap Ludius dari dasar lubuk hatinya yang terdalam. Ia mengecup kening Silvia yang terdiam karenanya.

DEG..

Perasaan Silvia seketika bergetar, selalu saja perkataan sederhana Ludius mampu membuatnya jatuh cinta berkali-kali meski sudah tahu akan masa lalunya. 'Tidak seharusnya aku takut dan ragu akan perasaanmu suamiku..'.

Ludius menarik Silvia dari duduknya hingga berakhir dalam pelukannya, pelukan yang selalu membuat istrinya merasa tenang. ”Kamu adalah istriku sekaligus cintaku, sudah seharusnya aku memelukmu seperti ini.. tenangkan fikiranmu sayang, jangan sampai itu membuatmu tersiksa”.

Silvia semakin mengeratkan pelukannya, entah apa yang dia fikirkan setelah pingsan tadi. Ada semacan ketakutan tersendiri ia akan di tinggalkan suaminya begitu anaknya tiada. Bukankah itu terlalu berlebihan...

Beberapa saat telah berlalu dalam ketenangan dan eratnya pelukan satu sama lain hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, selain itu pesawat telah menunggu di bandara. Setelah mood Silvia terlihat membaik, Ludius melepas pelukannya dan menyentil kening istrinya manja.

”Augh.. sakit sayang..”. keluh Silvia sambil mengusap-usap keningnya.

”Sudah siap Sayang?”. Tanya Ludius dengan tatapan jahil ia tunjukkan pada istrinya yang kini sudah terlihat cantik dengan balutan Dress panjang berwarna biru kesukaannya.