Chapter 227 - 227. Flash Back Penyelamatan Emilia dan Silvia bag 3 (1/2)
Dengan perasaan campur aduk, Emilia membetulkan pakaiannya yang sedikit terkoyak karena ulah Zain. Ia mengusap air matanya yang sempat keluar membasahi sudut matanya.
”Aku tidak membencimu, hanya saja.. ”.
”... Hanya saja apa? Apakah menyenangkan membuat wanita merasa tidak berdaya di tangan pria? Aku kecewa padamu Zain! ”. Kata Emilia dengan tatapan penuh kekecewaan. .
'Hanya saja aku takut kau terluka Emilia.. '. Zain hanya bisa membalas perkataan Emilia dalam hati, mulutnya seakan tertahan untuk berbicara, karena ia sadar akan status mereka yang terlampau jauh.
Setelah Emilia membenarkan pakaian dan penampilannya yang sempat acak-acakan karena Zain, ia beranjak dari posisinya.
Sedangkan Zain yang masih melihat pertarungan sengit Ludius melawan musuh dari jauh menjadi khawatir kalau mereka mengincar wanita yang ada dalam mobil kembali. Segera setelah Emilia beranjak dari posisinya, Zain menarik tubuh Emilia dalam pelukannya dan menggendongnya ala bridal keluar dari zona musuh.
”Turunkan aku! Apalagi yang akan kau lakukan padaku Zain?”. Sentak Emilia, ia memukul-mukul dada Zain mencoba memberontak pada pria di depannya. Namun semakin lama ia terbenam dalam pelukan Zain, Emilia justru merasa tenang dan diam tanpa melakukan perlawanan kembali. Ia mengalungkan tangannya di leher Zain.
'Ini kedua kalinya aku berada di pelukan seorang pria, dan orang itu justru Zain. Argh… betapa malunya aku'. Batin Emilia, wajahnya merona merah membayangkan apa yang telah Zain lakukan padanya. Karena jujur saja itu adalah ciuman pertamanya yang ingin Emilia simpan untuk orang yang dicintainya. Setiap mengingat hal itu Ia semakin menenggelamkan wajahnya yang mungkin saat ini terlihat begitu merah .
”Diam! Kita harus segera meninggal kan tempat ini atau musuh akan mengetahui pergerakan kita. Selagi Ludius mengecoh mereka aku sudah berjanji untuk menyelamatkanmu dan Silvia”, kata Zain dengan terus melangkah meninggal kan tempat kejadian, namun ia tidak menyangka perkataannya masih saja menyinggung perasaan wanita,
Wajah yang baru saja memerah berubah masam, ”Oh, jadi kau menyelamatkanku karena Silvia, bukan karena kita memang saling kenal? Lagi-lagi aku terlalu berharap banyak padamu”. Emilia melonggarkan cengkramannya yang melingkar di leher Zain. Fikiran Emilia yang kacau karena perasaan jengkel dan malu secara bersamaan, apalagi setiap mengingat ciuman pertamanya itu membuatnya tidak nyaman.
”Berhenti bersikap bodoh Emilia, ingatlah akan statusmu sebagai Putri Pemegang kekuasaan. Jangan melangkah keluar dari batasmu atau kau akan terluka”,
”Kau mengatakan itu, apakah karena takut jatuh hati padaku dan mengalami akhir yang sama seperti saat mencintai Silvia? Kau anggap perasaanku ini apa?”. Emilia yang semakin jengkel dengan perkataan Zain menaikkan nada bicaranya, menuntut Zain untuk berkata jujur padanya tentang perasaannya saat ini.
Perkataan Emilia seketika menohok hati Zain, ia merasa seolah wanita yang ada didalam gendongannya kali ini mampu membaca isi fikirannya. 'Mungkin yang kau katakan benar Emilia, tapi aku lebih takut kalau kau melawan keluarga kerajaan demi seorang Pria. Lebih baik aku diam dan membuatmu menjauh dariku. Itu akan baik untuk kita'. Batin Zain,
”Aku sudah mengatakan nya padamu Emilia, jangan melangkah keluar dari batasmu. Ingatlah, ada kalanya kau tidak akan bisa mengubah hal yang sudah di Takdirkan”. Kata Zain mengingatkan kembali.
”Aku tidak peduli, karena aku akan mengubah Takdir hidupku sendiri!”. Tegas Emilia,
”Hidup tidak seindah bunga tidur, tapi jika memang kau ingin mengubahnya, aku akan menantikannya. Ini janjiku padamu, jika kau bisa melewati batasmu aku akan menjadi orang pertama yang mendukungmu”,
”Benarkah?! ”,Emilia tertegun dengan perkataan Zain. 'Aku tidak salah dengar kan? '. Tanya hati memperjelas,