Chapter 209 - 209. Sudut Hati Nadia bag 2 (1/2)

Lirikan maut Nadia membuat Wangchu semakin tertantang untuk menaklukkan Putri Hadiningrat itu, meski ia tahu hanya dengan beberapa sikap Nadia menunjukkan bahwa wanitanya memiliki perasaan terhadap Kakak Lian.

Bukan Wangchu namanya kalau tidak bisa menaklukkan wanita, ia yang dominan mendekati dengan semua kemampuannya tidak pernah sekalipun melepaskan apa yang sudah menjadi targetnya. Mungkin karena selama ini Wangchu selalu mendapatkan wanita dengan mudah, begitu melihat sikap Nadia yang menolaknya membuatnya merasa tertantang.

Tidak lama beberapa pelayan datang membawa makanan yang sudah dipesan dan meletakkannya dimeja. ”Silahkan dinikmati”. Kata pelayan lalu pergi.

Suasana menjadi kaku, canggung apalagi diantara Nadia dengan Huan Xian.

”Hello Nadia, are you speaking china? ”. Tanya Huan dengan senyuman

”Ya.. Aku bisa berbahasa China sedikit”. Balas Nadi ramah, ia sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya untuk saat ini.

Dengan senyuman Huan mengulurkan tangannya, ”Perkenalkan, aku Huan Xian Zhu Putri dari Keluarga Zhu, kalau kau sendiri”.

”Aku Nadia, Nadia Hadiningrat ”. Balas Nadia, ia menjabat tangan Huan dan mencoba akrab dengannya.

”Ehm.. Jangan lupa dan sembunyikan identitasmu sebagai Putri dari Kerajaan Hadiningrat ”. Sahut Wangchu

”Husst.. Apa kau tidak bisa diam! ”. Bisik Nadia dengan tekanan.

”Putri.. Kau seorang Putri, Nadia? ”. Tanya Huan tidak percaya

Nadia tersenyum ”Ia, aku adalah Putri dari Kerajaan kecil atau biasa di namakan Keraton Hadiningrat yang ada di Negara Indonesia”.

”Seharusnya aku memanggilmu Putri Nadia, maafkan aku”. Lantas Huan berdiri dan menundukkan setengah badannya.

”Huan cukup.. Kau tidak perlu sampai seperti itu, aku memang tidak nyaman ada orang yang terlalu melihat statusku, karena aku ke China untuk Kuliah”.

”Baiklah Nona Nadia, aku harap kita bisa berteman baik nantinya ”.

”Ehm.. Tentu saja, aku senang jika memiliki banyak teman wanita di Negara ini”. Balas Nadia dengan senyuman.

”Tunda dulu pembicaraan kalian, makanlah dengan benar”. Tegur Lianlian dengan tenang, sembari meneruskan Makannya.

”Jangan terlalu serius pada mereka Kak, sesama wanita itu hal biasa ketika makan bersama”. Sanggah Wangchu,

”Kau juga, berhenti bicara habiskan makanmu”. Kata Lian dengan mata melirik tajam seketika membungkam mulut Wangchu,

Suasana hening kembali, hanya terdengar suara celetuk dan tawa riang orang lain yang sedang menikmati pemandangan di Restoran Garden. Udara yang terasa sejuk dan asri membuat semakin nyaman para pengunjung.

Lama semua saling diam hingga makanan dari masing-masing piring habis. Waktu terus berjalan, saat ini menunjukkan pukul 03.00 waktu setempat.