Chapter 140 - 140. Luka yang terbengkalai (1/2)
Ludius segera menyembunyikan lengannya yang terluka dari pandangan Silvia. ”Darah apaan?. Sayang, kamu mungkin salah dengar. Lebih baik kamu istirahat lagi. Kita sedang dalam perjalanan menuju bandara dan kembali ke China sore ini juga”.
”Beneran kamu tidak apa-apa?. Ohya.. kita belum berpamitan dengan Ibu, masa kita pergi tanpa berpamitan dengannya”.
”Maafkan aku Sayang, Kepergian kita memang mendesak. Tapi aku sudah menghubungi Ibu dan berpamitan dengannya di telefon. Ibu memahaminya dan meminta kamu untuk menjaga diri dengan baik”.
Silvia yang masih penasaran dengan perkataan Ludius tentang darah membuatnya memperhatikan Ludius dari ujung kepala sampai kaki. Dan Silvia merasa aneh dengan lengan Ludius yang selalu di tutupi. ”Jangan pernah membohongiku Tuan Lu.. Kamu sedang terluka kan?”. Tanya Silvia selidik.
”Sayang.. Apakah kamu sedang mengkhawatirkanku?”. Tanya Ludius dengan tatapan jahilnya. Ludius semakin mendekati wajah Silvia yang menghindar dari tatapannya.
”Tuan Lu, Apakah wajahmu tidak terlalu dekat?. Disini masih ada Pak Sopir yang sedang mengemudi. Sopanlah sedikit”.
”Apa salahnya menatap wajah Istri sendiri, semakin kamu menghindar aku semakin tidak bisa menahan diri”. Ludius memojokkan Silvia hingga tidak bisa mengelak darinya.
”Dasar Tuan mesum, muka tebal.. Tidak tahu malu..!”. Silvia mengatakan banyak hal yang membuat Ludius semakin tidak bisa menahan diri. Dengan cepat Ludius menarik tubuh Silvia kedalam pelukannya dan mencium bibir Silvia hingga Silvia tidak berdaya.
”Am.. Em.. Ah..”. Desah Silvia. Karena tidak bisa lepas dari ciuman Ludius yang liar. Silvia menggigit bibir Ludius hingga Ludius melepas ciumannya.
”Auugh..”. Rintih Ludius. ”Sayang.. Kamu sudah berani menggigitku yah.. Apa perlu kita lanjutkan ketahap berikutnya?”. Perkataan Ludius semakin jahil dan usil. Dia tidak akan melepas Silvia semudah itu.
”Dasar Tuan mesum..!. Tahap berikutnya apaan..! Jangan jahil lagi deh.. Ingat ada orang didepan..!”. Teriak Silvia, wajahnya merah padam, antara malu dan kesal karena ulah Ludius. Dia tidak sadar teriakannya mengundang perhatian Pak Sopir yang sedari tadi diam.
Pak supir yang diam tanpa sepatah katapun karena penasaran memandang kebelakang lewat kaca depan dan Ludius memergokinya sedang melihat mereka. ”Pak.. Kamu tidak perlu melihat urusan kami. Mengemudilah dengan benar..!”. Perintah Ludius.
”Tuan.. Saya tidak melihat dan mendengar apapun. Anda tidak perlu khawatir, silahkan lanjutkan apa yang sedang Tuan kerjakan”. Dengan cepat Pak Sopir mengalihkan pandangannya ke depan kembali.
Setelah perdebatan itu, Ludius dan Silvia saling diam. Untuk sementara Ludius berhasil mengalihkan perhatian Silvia dari lengannya yang berdarah.
Mobil telah sampai dibandara, Ludius dan Silvia keluar dari mobil disambut oleh beberapa orang. Disana sudah ada Zain yang memakai Jas Kasual yang membuatnya lebih tampil modis. Disamping Zain sudah ada Ibu Yuliana dan Julian yang datang untuk mengantar kepergian mereka.