Chapter 111 - 111. Resepsi Pernikahan bag 8 (1/2)

”Sayang, Apa yang kamu katakan barusan? Mengapa mendengar itu seperti sebuah gempa yang mengguncang hatiku? ”. Tanya Ludius. Ia memang sebenarnya belum begitu mengerti apa yang Silvia maksud, yang ia tahu.. Cinta Silvia membuat hatinya tenang.

”Aku mencintaimu karena Allah, Tuhanku”. Jawab Silvia singkat.

'Aku baru menyadarinya, cinta yang kamu berikan begitu murni. Tanpa syarat atau isyarat'.

Ludius dan Silvia yang hatinya masih di penuhi debaran terus berdansa sampai musik terhenti. Mereka berhenti berdansa dan semua tamu undangan yang hadir memberi tepukan yang gemuruh untuk mereka. Dari jauh, sepertinya Shashuang masih memperhatikan Ludius.

Setelah selesai berdansa Ludius mengecup kening Silvia. Mereka mempersilahkan tamu undangan untuk menikmati jamuan yang sudah tersedia dengan di temani alunan musik yang di mainkan Marchell.

Ludius dan Silvia yang masih di tengah Aula di hampiri pasangan Bryan Ling Ling.

”Silvia.. Ternyata kamu bisa juga ya berdansa? Ah.. Rimantisnya.. ”. Kata Ling Ling dengan mata berbinar.

”Kebetulan kalian disini. Aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu. Aku titip Silvia pada kalian”.

”Baiklah, kamu boleh pergi. Tapi aku tidak bertanggung jawab kalau dia tiba-tiba menemui pria lain saat kamu tidak ada nanti”. Ledek Bryan.

”Sayang.. Kamu berhentilah meledek mereka. Kalau Tuan Lu marah, memang kamu bisa menenangkan nya?”. Bisik Ling Ling polos.

Ludius pergi dan meninggalkan Silvia bersama Ling Ling di Pesta. Dia mencari keberadaan LongShang untuk mendengar hasil penyelidikannya mengenai Bom terakhir yang terpasang di suatu tempat. Ludius bertemu LongShang di ruang pemantauan Pesta melalui layar yang disambungkan dengan CCTV.

”Bagaimana perkembangan penyelidikannya LongShang?. Apakah sudah menemukan titik terang?”.

”Aku dan tim masih terus mencari dengan alat pendeteksi bom. Tapi sampai saat ini belum menemukan dimana musuh meletakkannya. Lebih parahnya lagi adalah sisa waktu hanya tinggal 15 menit sebelum bom terakhir meledak”

”Apa kamu sudah memeriksa di dalam Aula Pernikahan?. Sepertinya musuh sengaja menyusupkan bom di Aula Pernikahan. Yang menjadi pertanyaannya adalah, dimana kira-kira mereka menaruhnya? ”.

”Aku memang belum meninjau di Aula Pernikahan. Aku segera mengutus beberapa orang dan penjinak bom untuk mengecek setiap barang atau benda yang mencurigakan”.

”Tidak ada waktu lagi! Aku tidak ingin membahayakan nyawa banyak orang. Lebih baik secepatnya kita kerahkan orang untuk membujuk para tamu keluar dari sini dan bawa mereka ke Restaurant Garden. Dan utus beberapa orang untuk mengantarkan tamu penting kesana tanpa membuat mereka curiga dengan kejadian yang sebenarnya. Sisanya biarkan penjinak bom mencari dimana bom dipasang”. Perintah Ludius.

Setiap detik kini berarti bagi Ludius, dia bergegas kembali ke Aula dan mengumpulkan beberapa tamu yang bisa dia percayai untuk dimintai tolong.