Chapter 69 - 69. (2/2)
”kamu berfikir terlalu jauh Elena. Aku hanya berbicara basa basi dengannya sebagai patner bisnis. Jika kamu terus mencurigai orang tanpa alasan seperti ini.. Aku tidak yakin apa kamu benar-benar mencintaiku”.
”Maafkan aku Sayang, tidak seharusnya aku meragukanmu. Lupakan kejadian tadi, sekarang kita bergabung dengan paman untuk mengumumkan acara pernikahan kita di China”.
Elena menggandeng Jason dengan mesra berjalan menuju dimana pamannya berada.
”Elena.. Kemarilah, apa kamu yakin untuk menikah dengan orang yang ada disampingmu itu?. Nathan memandang Jason dengan tatapan tidak suka.
”Kenapa paman menanyakan itu? Apa paman tidak menyukai Jason?”. Tanya Elena balik.
”Bukan seperti itu Elena. Dulu Kakakku mempercayakan kamu padaku untuk aku jaga. Jika kamu salah memilih pasangan, pasti Ayahmu akan menuntutku di alam lain nanti”.
”Paman Nathan.. Jangan khawatirkan Elena” mendekap Elena dengan senyuman. ”Aku pasti akan menjaganya dengan sepenuh hati. Aku mencintainya Paman”.
”Syukurlah jika seperti itu, mungkin itu hanya perasaanku saja. Tapi jika aku tahu kamu mempermainkan Elena, aku pasti tidak akan melepaskanmu”. Ancam Nathan dengan memandang Jason tajam.
Setelah perdebatan yang panjang antara Jason dengan Jonathan. Akhirnya dengan resmi Jonathan menyampaikan Pernikahan Jason dengan Elena akan dilangsungkan 2minggu lagi.
Silvia yang mendengar dari kejauhan hanya bisa menghela nafas dalam pelukan Li Thian. ”Sudahlah Silvia, lupakan masa lalu. Entah itu Jason atau Ludius dia sudah mendapatkan kebahagiannya. Kamu juga harus merelakan dia pergi dan memulai hidupmu yang baru”.
”Mudah untuk berbicara. Aku tahu semua yang terjadi padaku adalah kehendak-Nya. Tapi mengapa aku belum bisa melepas perasaanku. Bahkan sisi
lain mengatakan untuk terus bertahan hingga aku mendengar sendiri perkataan putus dari mulutnya”.
”Kamu terlalu naif Silvia. Jika kamu seperti ini, bagaimana kamu akan melangkah maju kedepan. Kamu masih memiliki masa depan yang cerah Silvia”.
”Bagi seorang wanita jika telah berjanji untuk setia menunggu, maka tidak ada masa depan lain selain hanya sebuah penantian. Walau aku sempat ragu.. Tapi, setiap perkataannya mempunyai makna. Dia seperti mengingatkanku kembali tentang sapu tangan, cincin pemberian. Entahlah.. Itu terlalu rumit”.