Chapter 46 - 46 (1/2)
Ludius membawa Silvia masuk kedalam panti bersama bu Weni dan anak-anak yang lain. Silvia berbicara banyak hal dengan ibu Weni. Sedangkan Ludius, dia disibukkan dengan membagi bingkisan dan bermain bersama anak-anak.
Saat Silvia sedang berbicara dengan Ibu Weni, ada anak laki-laki kecil mendatangi Silvia ”Kak Silvia, pria tampan itu apa calon suami Kakak?” Tanya si anak kecil dengan polosnya. Cukup polos untuk anak seusianya mengetahui hal yang tabu.
”Bagaimana kamu bisa berfikiran seperti itu pria kecil? Memang apa buktinya kalau kamu bisa tahu dia calon suamiku?” Tanya Silvia balik.
Anak laki-laki kecil tadi pergi berlari kearah Ludius dan menarik tangannya, agar Ludius mengukutinya menuju ke arah Silvia. Anak kecil tadi menunjukkan tangan kiri Ludius dan mengatakan hal yang membuat Silvia tercengang.
”Kak Silvia, lihatlah! Kakak tampan ini memiliki cincin yang sama dengan Kak Silvia. Kata orang dewasa, kalau laki-laki dan perempuan memiliki cincin yang sama itu berarti mereka akan menikah Apa benar begitu?” Tanyanya polos.
Walau tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Ludius menyadari saat anak kecil tadi menunjukkan tangannya pda Silvia. Sesaat pandangan Silvia mematikan seakan dia meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya.
Ludius merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan anak kecil tadi. ”Hey little man, you might misunderstand what adults say. This is just a coincidence. But you are smart enough for a little man like you. Hai pria kecil, kamu mungkin salah paham dengan apa yang orang dewasa katakan. Ini hanya kebetulan. Tapi kamu cukup cerdas untuk pria kecil sepertimu”.
”Kak Silvia dia bicara apa padaku? Aku tidak mengerti” Kata si anak kecil dengan menggelengkan kepala.
”Kakak Lu bilang mungkin kamu salah paham, dan kamu cukup cerdas untuk anak sepertimu. Jadi, kamu harus sekolah yang rajin yah”. Silvia berkata dengan lembut disertai senyuman.
Karena sudah cukup lama Silvia meninggalkan Rumah Sakit, Silvia dan Ludius berpamitan dan segera meninggalkan panti.
”Kak Silvia dan Kak Ludius, Kami harap kalian akan sering mengunjungi kami. Jangan lupakan kami ya Kak Ludius..” Serempak anak-anak mengatakan hal yang sama.
Silvia memberi tahu Ludius apa yang anak-anak katakan. ”of course children, brother will not forget you. Someday you will come back to meet you. Tentu anak-anak, kakak tidak akan melupakan kalian. Suatu saat pasti Kakak akan kembali untuk menemui kalian”.
Ludius membawa Silvia keluar dari rumah, anak-anak melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Didepan mobil Ludius Mu Lan masih menunggu.
”Mu Lan, kamu tidak perlu menungguku. Kamu pulanglah dulu, Karena hari ini kita tidak ada jadwal jadi aku membebaskanmu. Silahkan jika kamu ingin melakukan aktifitasmu”.
Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,
Ludius membawa Silvia masuk kedalam mobil dan membawanya kembali ke Rumah Sakit.