Chapter 1 - Pertemuan (1/2)
Di kota shanghai China inilah seorang gadis berdarah China Indonesia Silvia Zhu berumur 20 tahun sedang menjalankan studynya di Universitas Jiao Tong Shanghai China. Seorang gadis yang memiliki senyum menawan, memiliki watak periang dan mempunyai pedoman hidup berpegang teguh pada keyakinan. Sudah 2 tahun lamanya Silvia meninggalkan Indonesia demi mewujudkan keinginan mendiang sang Ayah untuk mencari keluarga yang di tinggalkannya, Silvia bahkan pergi tanpa mendapat petunjuk dari ibunya. Yuliana al-Farezi adalah Ibu Silvia, dia adalah orang yang menentang keinginan Silvia untuk mewujudkan keinginan Ayahnya. Tanpa petunjuk apapun Silvia akhirnya bertekad untuk menemukan keluarganya yang hilang.
***
Demi menyelesaikan tugas yang tertunda Silvia harus lembur di rumah temannya hingga malam tiba. Di tengah sunyinya malam, dia berjalan sendiri melewati keramaian yang terasa sunyi.
”Mengapa jam segini tidak ada taksi yang lewat yah, Apakah aku terlalu malam untuk keluar sendirian?. Kalau seperti ini aku harus secepatnya mendapatkan kendaraan untuk kembali ke asrama”.
Silvia terus berjalan hingga tidak sengaja bertemu beberapa preman yang sedang mabuk, ”Hei cantik, sendirian saja. Mau aku temani?”. Sapa salah satu preman tadi dengan tatapan beringas.
”Mundur kalian, aku tidak segan untuk melaporkan kalian ke polisi. Jadi.. Mundurlah!”. Ancaman Silvia rupanya tidak mempan terhadap orang yang sedang mabuk berat, mereka justru memojokkan Silvia di suatu gang.
”Mari kita bermain cantik, tenang.. Aku akan melakukannya dengan lembut padamu”.
Kedua preman tadi mencoba menjagal Silvia, namun dia berhasil menghindar dengan cara menendang kaki dan perut pemabuk hingga meringis kesakitan. Karena Silvia melawan, mereka justru semakin beringas, kini Silvia benar-benar terpojok.
'Bagaimana ini, aku sudah terpojok. Apakah sudah tidak ada cara lain untukku lepas dari mereka?'. Hati Silvia terus berbicara dan berfikir bagaimana cara agar bisa lepas dari mereka.
”Siapapun tolong aku..!”. Teriak Silvia, teriakannya membuat preman tadi kalang kabut. Mereka membungkam mulut Silvia hingga nafasnya tersengal. Dengan sekuat tenaga Silvia mencoba lepas dari mereka. Dia menggigit salah satu tangan yang membungkamnya . Silvia berlari dan terys terkejar oleh mereka.
”Dasar pria tidak tahu malu, lepaskan aku! Siapapun tolong..!”. Teriaknya kembali.
Tidak jauh dari tempat Silvia berada, seorang pria keluar bersama wanita menuju mobil yang telah terparkir tidak jauh didepan Silvia. ”Ini kesempatanku untuk meminta tolong. Siapapun tolong saya..!”. Teriaknya.
Saat semua terasa seakan tidak mungkin untuk lepas dari para preman yang tengah mabuk, tiba-tiba seorang pria yang tadi keluar dari bar bersama seorang wanita menarik tangan Silvia hingga jatuh kedalam pelukannya. Pria itu seketika memberi pukulan tepat di wajah hingga lebam.
”Kurang ajar, siapa kau! Berani sekali menghajar preman yang menguasai tempat ini”. Ujar salah satu preman yang tadi membungkam Silvia.
”Kau tidak perlu tahu siapa aku, tapi aku tidak suka ada preman gadungan sepertimu mengaku sebagai penguasa tempat ini. Enyahlah sebelum kesabaranku habis atau nyawamu akan melayang saat ini juga!”. Ancam pria itu dengan tatapan tajam.
Mendengar ancaman pria itu para preman tidak jera juga, mereka justru membawa kelompok mereka untuk menyerang.
”Kau pasti akan mati di tangan kami anak muda! Jadi bersiaplah untuk kematianmu! ”. Mereka mulai mengeluarkan senjata tajam, dengan beringasnya mereka menyerang pria muda yang tengah mendekap Silvia bersamaan.